Hasil seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) yang berbanding terbalik dengan hasil ujian nasional (UN) sepantasnya dicermati secara lebih serius. Apalagi jika nilai UN akan dijadikan satu-satunya pertimbangan masuk perguruan tinggi negeri.
Soal-soal yang dibuat untuk UN dan SNMPTN fungsinya jelas berbeda.
Harus dievaluasi secara cermat, agar jangan sampai merugikan calon mahasiswa," kata pakar evaluasi pendidikan, Hamid Hasan, Senin (19/7/2010) kemarin.
Seperti diberitakan, siswa di Daerah Istimewa Yogyakarta dan DKI Jakarta, yang nilai rata-rata UN-nya rendah, justru paling banyak diterima di PTN lewat jalur SNMPTN. Sebaliknya di Bali, yang nilai rata-rata UN-nya tertinggi, tingkat keberhasilan siswa masuk PTN justru sangat rendah.
Memang, model soal yang diujikan dalam UN dan SNMPTN memang tidak sama. Soal UN lebih banyak bersifat menguji hasil belajar siswa. Adapun soal-soal SNMPTN berupa tes prediktif yang memprediksi keberhasilan seseorang ketika belajar di PTN.
"Jadi, secara teori, keduanya jelas tidak terkait. Soal-soal yang dibuat untuk UN dan SNMPTN fungsinya jelas berbeda," ujarnya.
Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah menggunakan hasil UN sebagai satu-satunya persyaratan masuk ke PTN pada tahun 2012 justru sangat berbahaya jika menggunakan model soal sekarang. Akan lebih baik apabila PTN merancang tes khusus untuk masuk PTN yang tidak berbentuk tes hasil belajar, tetapi tes prediktif atau attitude test.
"Dalam teori pendidikan, tes UN tidak bisa digunakan untuk masuk ke PTN karena nature-nya memang berbeda,"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar