Larangan aksi coret-coretan dan
konvoi sepeda motor seakan menjadi ”Ritual” setelah kelulusan ternyata
diabaikan para siswa. Setelah masing-masing sekolah selesai melaksanakan
ujian Nasional, 12 April 2018, siswa yang telah selesai
ujian mengekspresikan kegembiraanya dengan melakukan aksi
coret-coretan.Bahkan, aksi itu dilakukan di jalan umum dengan kendaraan
sepeda Motor.
Dari pantauan dijalanan, aksi
coret-coretan ini dilakukan bukan saja oleh pelajar laki laki, tetapi
juga banyak dari kaum perempuan, dan Objek yang menjadi pusat
nongkrongnya pelajar SMA ini ialah mulai dari Soposurung Balige sampai Bundaran DI Panjaitan.
Melihat Ritual Siswa ini, sangat menyayangkan adanya aksi coret
-coretan tersebut menurut salah seorang orangtua yang nongkong di kedai depan Kantor kejaksaan Balige,alangkah baiknya Bajunya itu disimpan atau disumbangkan kepada yang masih berhak menerimanya..Logikanya pihak sekolah telah mengimbau siswa setelah selesai
ujian, agar tidak melakukan aksi coret-coretan.
Saat ditanyai, seorang siswa yang enggan
namanya dipublikasikan menuturukan, aksi ini adalah sebuah kegembiraan
bagi kami dan masalah kelulusan kami sangat optimis lulus.
“Mudah-mudahan Tuhan berencana yang baik dan kalau pun tidak lulus kami
sudah siap untuk menerimanya,” ujar mereka.
Dalam Hal ini, seorang Tokoh
Masyarakat di Balige, saat kesibukkannya duduk santai sambil minum kopi, menyampaikan keluhannya terhadap Aksi Konvoi dan
Coret coretan ini, dijelaskannya bahwa budaya seperti ini hendaknya
tidak terjadi, dan tentunya dengan cara bekerja sama, baik dari pihak
Sekolah maupun Aparat yang berwenang, artinya tidak hanya menjadi
tanggungjawab pihak sekolah saja, apalagi hal ini dilakukan diluar
sekolah.dikatakannya,”Orangtuapun harus ikut andil, jangan berikan
kesempatan sedemikian kepada Anak,”tegasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar