SELAMAT DATANG DI SMP NEGERI 2 BALIGE

SELAMAT DATANG DI SMP NEGERI 2 BALIGE "ANDA BERHARAP PERUBAHAN MAKA BEKERJALAH TIDAK SAMA DENGAN KEMARIN"

Rabu, 24 Juli 2013

DILEMA PENDIDIKAN DI PERBATASAN

Tanah Surga... Katanya : Potret Dilema Masyarakat Perbatasan

Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jalan cukup menghidupimu
Tiada badai tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu

Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkah kayu dan batu jadi tanaman



Lagu yang dipopulerkan Koes Plus ini lantas terus terngiang di telinga.

Film layar lebar ini berhasil membuat saya termangu. Sampai ketika saya menulis ini pun masih ada perasaan mengganjal yang tertinggal di benak saya.


Tanah Surga... Katanya mengisahkan potret kehidupan masyarakat dusun pedalaman Kalimantan Barat yang hidup di perbatasan Indonesia-Malaysia. Pesan saya, jangan salah interpretasi. Yang mau disampaikan bukan jenis provokasi hubungan Malaysia-Indonesia yang sempat tidak akur. Mari melihat dengan kacamata lain.

Adalah sangat manusiawi ketika sebagai seorang rakyat akan berusaha mencari bentuk penghidupan yang layak. Pun sangat wajar ketika harus memilih, pilihan akan jatuh pada sebuah kesejahteraan kehidupan yang pasti dan jauh lebih menjanjikan. Ini yang dialami oleh keluarga Hasyim (Fuad Idris), sang mantan pejuang Indonesia yang memiliki rasa cinta dan percaya penuh pada Tanah Air Indonesia. Indonesia harga mati.

"Indonesia itu negara kaya!"
"Yang kaya itu Jakarta, Pak! Rakyat Kalimantan pinggiran seperti kita tidak dapat apa-apa!"

Kira-kira begitulah gambaran perdebatan Hasyim dan anak lelakinya, Haris (Ence Bagus). Haris adalah contoh dari sekian banyak masyarakat perbatasan yang berhasil termanjakan oleh perputaran uang dan fasilitas di negeri tetangga. Alih-alih mendapat fasilitas penghidupan yang layak, Haris memilih berpindah kewarganergaraan. Kasarnya, boro-boro mau mempertahankan kecintaan pada Indonesia, menikmati kehidupan layak pun tidak. Salman (Osa Aji Santoso) memutuskan untuk tetap bertahan di tanah Kalimantan dengan kakeknya, sementara Haris memboyong adik Salman, Salina (Tissa Biani Azzahra).

Bentuk kritikan pedas beberapa tersampaikan dengan cara blak-blakan, sedangkan sebagian besar sisanya digambarkan lewat detil pola hidup si masyarakat dusun tersebut. Menangkap semua detil itu membuat perasaan semakin miris. Mulai dari perbedaan drastis penampakan jalan raya perbatasan Indonesia-Malaysia, hingga bentuk eksistensi identitas bangsa yang rupanya minim dirasakan masyarakat pinggiran ini. Lembaran uang rupiah pun rasanya seperti melihat uang monopoli.

Apapun yang terjadi, jangan sampai kehilangan cinta pada negeri ini...

Saat ini lagi-lagi saya merasa sangat bersyukur dilahirkan di tanah Jawa, di mana segalanya serba berkecukupan. Mengeluhkan hal-hal sepele menjadi hal yang memalukan rasanya. Menyaksikan film ini menjadi sebuah tamparan keras. Beberapa orang bisa memandangnya "Ah, itu kan cuma film". Saya memilih esensi film ini sebagai sebuah suntikan energi dan bentuk PR besar. Untuk yang sedang memerlukan pecutan dan sentilan dalam hal berkarya untuk bangsa, film ini sangat saya rekomendasikan!

Rabu, 22 Mei 2013

Data yang Diunggah ke Dapodik Harus Lengkap, Wajar, dan Benar


Jakarta (Dikdas): Tidak tercantumnya nama guru dalam Data Pokok Pendidikan, salah satunya, disebabkan pengisian instrumen data oleh operator sekolah tidak lengkap. Hal demikian diutarakan Supriyatno, S.Pd., M.A, Kepala Sub Bagian Data dan Informasi, Bagian Perencanaan dan Penganggaran, Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menanggapi keluhan sejumlah guru yang namanya belum tercantum dalam Dapodik sehingga khawatir tidak dapat tunjangan.Seharusnya data yang dimasukkan dalam aplikasi Dapodik lengkap. Jangan sampai ada variabel yang kosong dan terlewat diisi. Jika ada satu saja variabel tak diisi, maka data secara keseluruhan tidak bisa diolah. “Misalnya saya mengajar, tapi rombongan belajarnya (rombel) tidak diisi, bagaimana bukti mengajarnya?” ucapnya.
Data Pokok Pendidikan merupakan program pendataan yang digalang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menjaring tiga entitas data pokok pendidikan di seluruh Indonesia secara individual dan relasional. Tiga entitas data tersebut yaitu peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan (PTK), dan satuan pendidikan. Penjaringan dilakukan secara daring (dalam jaringan—online). Instrumen pendataan pun dapat diunduh dari laman Dapodik.
Secara teknis, kepala sekolah mengumpulkan instrumen pendataan terkait siswa, guru, dan sekolah. Data tersebut kemudian diserahkan kepada operator yang bertugas mengunggah data ke sistem Dapodik. “Sistemnya bukan individu guru yang mengisi, tapi operator sekolah. Karena yang punya akses, kan, operator,” jelas Supriyatno.Dari mekanisme itu, Supriyatno menilai, tidak lengkapnya data yang diunggah ke sistem Dapodik merupakan tanggung jawab kepala sekolah. “Mereka tidak aware terhadap pentingnya data harus lengkap, wajar, dan benar,” tegasnya.
Ia mencontohkan pendataan Dapodik di Kebumen dan Indramayu. Tak ada komplain dari kedua kabupaten tersebut lantaran operator menjalankan tugasnya dengan benar. Maka ia berharap kepala sekolah memberi perhatian lebih kepada operator karena tugas mereka lumayan berat. “Sekolah-sekolah yang perhatian terhadap operatornya, operatornya bekerja dengan tenang. Semua variabel datanya dilengkapi. Mereka mulus saja,” ungkapnya.
Namun Supriyatno menggarisbawahi, aplikasi Dapodik tidak menentukan seorang guru mendapat tunjangan atau tidak, melainkan sekadar menyajikan data secara individual dan terelasi dengan sekolah dan rombongan belajar yang diemban/diampu. Dapodik sekadar bahan mentah yang digunakan Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar untuk menyalurkan tunjangan sesuai kriteria dan aturan yang telah ditentukan.
Hingga 11 April 2013 pukul 17.00 WIB, pendataan Dapodik telah berjalan 96,5 persen. Dari total 184.498 SD dan SMP di seluruh Indonesia, 178.049 sekolah telah memasukkan datanya dan sekolah yang belum terjaring berjumlah 6.449. Dua provinsi yaitu Kepulauan Bangka Belitung dan D.I. Yogyakarta telah 100 persen tuntas menjaring Dapodik.
Untuk mengejar ketuntasan pendataan dan meningkatkan kualitas Dapodik, Supriyatno mengerahkan 15 operator pendataan. “Kita banyak fasilitas layanan kepada sekolah agar mereka bisa memperbaiki data secara baik dan cepat,” tegasnya. Fasilitas tersebut di antaranya broadcast, telepon, jejaring sosial Facebook, surat elektronik (email), dan surat pos. Mereka pun siap melayani operator sekolah yang datang ke sekretariat Dapodik.
Direktur Pembinaan PTK Dikdas Sumarna Surapranata, Ph.D mengatakan, data guru yang mendapatkan tunjangan diambil dari Dapodik. Selain itu, karena pendataan Dapodik belum mencapai 100 persen, maka pendataan dilakukan secara manual. “Yang kita gunakan secara total dengan Dapodik plus manual,” ucapnya.Pengecekan secara manual dengan menghubungi operator sekolah melalui surat elektronik, pesan layanan singkat, atau surat pos. Pengecekan juga bisa melalui kepala sekolah dan dinas pendidikan setempat.* (Billy Antoro)
(Dirjen Dikdas)
SK Belum Keluar Bukan Kiamat
Jakarta (Dikdas): Menanggapi sejumlah guru yang gelisah lantaran namanya belum terjaring dalam aplikasi Data Pokok Pendidikan (Dapodik) sehingga terancam tak mendapat tunjangan, Sumarna Surapranata, Ph.D., Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar, mengatakan mereka tak perlu khawatir. Jika data belum terjaring, kemungkinan besar pengisian instrumen pendataan oleh operator sekolah belum lengkap. Maka yang perlu dilakukan adalah melengkapi instrumen pendataan.
“Bagi guru yang tidak keluar SK-nya sekarang, itu bukan kiamat. Silakan melengkapi persyaratan-persyaratan, nanti di tengah jalan akan keluar. Haknya dari bulan Januari tidak hilang,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa 9 April 2013. Setelah data lengkap dan Surat Keputusan (SK) keluar, guru mendapat tunjangan secara rapel tanpa ada pemotongan sepeserpun.
Sumarna mengakui, penjaringan Dapodik belum mencapai 100 persen. Itu terjadi lantaran banyak kendala di lapangan, seperti terbatasnya akses dan jaringan internet di sebuah daerah. Namun jumlahnya kecil, kini sekitar 3,5 persen.
Tapi bukan berarti pihaknya tinggal diam. Selain melalui Dapodik, penjaringan data dilakukan pula dengan pengecekan secara manual. Operator sekolah yang bersangkutan dihubungi baik melalui telepon, pesan layanan singkat, ataupun surat. Kepala sekolah dan dinas pendidikan setempat juga turut dihubungi. Dengan begitu, penjaringan instrumen pendataan akan cepat tuntas.
Sumarna menyampaikan, tunjangan khusus yaitu tunjangan untuk guru-guru yang mengabdi di kawasan yang tergolong daerah khusus telah tersalur 100 persen. Dana tunjangan dikirim ke rekening masing-masing guru. “Kalau tunjangan profesi baru tersalurkan sekitar 40 persen,” ungkapnya.

Selasa, 30 April 2013

DILEMA PENDIDIKAN KITA

Siapa yang tahu dengan yang  namanya pendidikan. Konon katanya inilah jalan yang mesti ditempuh guna mencapai kesejahteraan, kesejahteraan pribadi, keluarga, hingga kunci menuju bangsa yang sejahtera.
Sampai sejauh ini, sudah beragam upaya yang dilakukan pemerintah guna memperbaiaki taraf hidup bangsa agar lebih digdaya” dan berdaya saing. Ada sekolah-sekolah yang berstatus atau bertaraf internasional (dengar-dengar sekolah dengan taraf ini bertarif tinggi dan hanya di isi oleh kalangan tertentu saja), ada BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang mampu membuat pembayaran iuran sekolah menjadi gratis. Benarkah? lalu ada pula yang namanya pencanangan sekolah 9 tahun, naik satu tingkat yang awalnya 6 tahun. Segala upaya sudah dikerahkan, program-program sudah sejak dulu digulirkan, tapi apa sudah mecapai ke-efektifitasan?.
Semangat pemerintah dalam meningkatan keinginan masyarakat agar melek pendidikan sesungguhnya “gayung bersambut”, terlihat dari banyaknya lulusan dari segala tingkatan, yang pada akhirnya menciptakan pengangguran berdasi.
Jadi, apa keefektifitasan program tadi perlu kita kaji kembali? Atau ada sesuatu yang salah yang perlu kita telusuri bersama?
Cobalah kita tanyakan pada anak-anak, adik, kakak kita yang masih menempuh pendidikan. Apa yang hendak mereka capai dari upaya mereka itu, ilmu atau uang (dunia kerja). Pasti sebagian besar akan menjawab kita mencari ilmu untuk bekerja. Miris bukan, tapi itulah realita kehidupan. Kita akan dihadapan pada sebuah pilihan untuk survive, sehingga semangat, ruh ilmu yang kita bawa semenjak berseragam putih merah menjadi padam.
Tak sebandingnya satu tujuan pekerjaan dan lulusan memperparah keadaan. Coba bayangan, (yang selalu heboh dan ditunggu-tunggu, penerimaan pegawai negeri sipil) untuk satu formasi pegawai negeri sipil dengan kuota yang minim, tapi diperebutkan ribuan orang.
Celakanya lagi, praktik-prkatik kolusi merajai dunia ini, sehingga orang-orang yang terbuang kerap kali merupakan agen-agen yang lebih pantas mengisi pos-pos tersebut, dan bukan tidak mungkin, dari merekalah, tercipta sebuah tatanan pemerintahan yang lebih baik.
Salah satu penyebab lainnya adalah tingginya angka kelahiran, dan penduduk negeri ini. Sudah sangat jelas penduduk yang sedemikian besar 200 juta jiwa, yang sebagian besar adalah usia produktif menyumbang angka terbesar pengangguran berdasi.
Masuknya arus globalisasi yang sedemikain cepat, tak mampu difiltrasi dengan baik hingga meracuni tatanan kehidupan jiwa-jiwa muda ini, semangat produktif (berwirausaha) yang di tanamkan, dan cinta hasil budaya bangsa yang dipegang oleh nenek moyang dengan deras luntur dan berganti dengan upaya-upaya instan.


Ditengah carut-marutnya pendidikan diindonesia, dan arah pembangunan pendidikan, jauh diujung negeri (provinsi mutiara hitam) dengan segala keterbatasan pendidikan banyak bermunculan cendikia-cendikia muda, di lain sisi, tanpa mengenyam pendidikan sedkit pun, diterpa badai kehidupan yang keras, banyak terlahir jutawan muda yang dermawan.
Jadi, masih perlukah pendidikan itu?

Kamis, 14 Maret 2013

TIGA PILAR PENDIDIKAN

Mengapa banyak yang beranggapan bahwa pendidikan hanya berlangsung di sekolah saja, padahal pendidikan di sekolah merupakan kasur penggodokan seteleh di keluarga dan lingkungan. Para orang tua banyak yang berasusmsi masa depan anaknya 100% ada di bangku sekolah. Karena para orang tua sudah susah payah bekerja siang hingga larut malam untuk mengumpulkan uang demi untuk menyekolahkan anaknya. Pulang sekolah anaknya di kursuskan diberbagai tempat agar di sekolah dapat nilai 100 semua.
Kebanggaan orang tua terletak saat anaknya mendapat ranking teratas, nilai-nilai sekolahnya 100 semua. Namun si orang tua lupa, bahwa sekolah hanya mengisi 30% dari ruang belajar anak, sehingga sekalipun mendapat nilai 100 dari sekolah, kalau nilai pendidikan dari orang tua dan dari lingkungan nol, anak hanya mendapat nilai setara 3,3.
Ini berbeda dengan anak tetangga yang nilai sekolahnya biasa-biasa saja, sebut saja 6, tetapi orang tua aktif mengajak jualan di warung. Ia bisa mendapat nilai 8 dari orang tua (karena dibina langsung)) dan 9 dari gemblengan lingkungan sehingga rata-ratanya menjadi 7,67. Kira-kira seperti itu, dan anak yang di sekolah biasa-biasa saja bisa menjadi sarjana yang hebat, wirausaha tangguh atau ilmuwan yang gigih. Sementara anak yang di sekolah diberi predikat genius hanya bisa memajang ijazah, menjadi “penumpang” dalam kehidupan.
Bagi orang tua yang tidak memiliki waktu pasti akan susah bagaimana cara membuat kurikulum bagi anak-anaknya. Orang tua bisa mendesain kurikulum anak dengan memperhatikan aspek-aspek perkembangan anaknyayang berbeda dengan anak lainnya. Jadi, kalau mau berubah, kita tidak boleh tanggung-tanggung. Harus ada program yang jelas pada orang tua, termasuk mendesain dan eksekusi kurikulum untuk anaknya di rumah, beserta pembaharuan laporan kemajuan belajar (Raport).
Adalah tidak tepat memberi laporan kemajuan belajar semata-mata menulis angka. Orang tua butuh laporan verbal tentang kemajuan anaknya, yang menyangkut upaya, kemajuan, disiplin, pastisipasi terhadap diskusi, pergaulan, minat, kepatuhan, kreativitas, metodologi, hubungan vertikal-horizontal, sikap-sikap sosial dan sebagainya. Lagipula apa gunanya mengetahui anak kita berada di nomor berapa di kelas bila kita tidak tahu apa yang harus diperbaiki.

Selasa, 12 Maret 2013

JADWAL UJIAN NASIONAL TAHUN 2013

Jadwal UN 2013

Jadwal Ujian Nasional SMA / MA 2013

Program IPA



No Mata Pelajaran Soal Waktu Tanggal
1 Bahasa Indonesia 50 120 menit 15 April 2013
2 Fisika 40 120 menit 16 April 2013
3 Bahasa Inggris 50 120 menit 16 April 2013
4 Matematika 40 120 menit 17 April 2013
5 Kimia 40 120 menit 18 April 2013
6 Biologi 40 120 menit 18 April 2013





Program IPS



No Mata Pelajaran Soal Waktu Tanggal
1 Bahasa Indonesia 50 120 menit 15 April 2013
2 Ekonomi 40 120 menit 16 April 2013
3 Bahasa Inggris 50 120 menit 16 April 2013
4 Matematika 40 120 menit 17 April 2013
5 Sosiologi 50 120 menit 18 April 2013
6 Geografi 50 120 menit 19 April 2013





Program Bahasa



No Mata Pelajaran Soal Waktu Tanggal
1 Bahasa Indonesia 50 120 menit 15 April 2013
2 Bahasa Asing 50 120 menit 16 April 2013
3 Bahasa Inggris 50 120 menit 16 April 2013
4 Matematika 40 120 menit 17 April 2013
5 Antropologi 50 120 menit 18 April 2013
6 Sastra Indonesia 40 120 menit 18 April 2013





Program Keagamaan




No Mata Pelajaran Soal Waktu Tanggal
1 Bahasa Indonesia 50 120 menit 15 April 2013
2 Tafsir 50 120 menit 16 April 2013
3 Bahasa Inggris 50 120 menit 16 April 2013
4 Matematika 40 120 menit 17 April 2013
5 Fikih 50 120 menit 18 April 2013
6 Hadits 50 120 menit 18 April 2013

Jadwal Ujian Nasional SMP /  MTs 2013

No Mata Pelajaran Soal Waktu* Tanggal
1 Bahasa Indonesia 50 120 menit 22 April 2013
2 Bahasa Inggris 50 120 menit 23 April 2013
3 Matematika 40 120 menit 24 April 2013
4 Ilmu Pengetahuan Alam 40 120 menit 25 April 2013

Jadwal Ujian Nasional SMK 2013

No Mata Pelajaran Soal Waktu* Tanggal
1 Praktik Kejuruan 1 Paket 18-24 jam selesai dilaksanakan paling lambat tanggal 24 Maret 2013
2 Bahasa Indonesia 50 120 menit 15 April 2013
3 Bahasa Inggris 50 120 menit 16 April 2013
4 Matematika 40 120 menit 17 April 2013
5 Teori Kejuruan 40 120 menit 18 April 2013

Jadwal Ujian Nasional SD / MI 2013

No Mata Pelajaran Soal Waktu* Tanggal
1 Bahasa Indonesia 50 120 menit 6 Mei 2013
2 Matematika 40 120 menit 7 Mei 2013
3 Ilmu Pengetahuan Alam 40 120 menit 8 Mei 2013

Jumat, 08 Februari 2013

Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Tugas utama seorang guru diantaranya adalah menciptakan suasana atau iklim proses pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan semangat (Djamarah, 1997: 1).
Menurut Rosmali (2005), tugas seorang guru itu mencakup beberapa hal, yaitu sebagai berikut: guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan, dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadi dirinya sebagai orangtua kedua. Guru harus mampu menarik simpati sehingga guru tersebut menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswa dalam belajar. Apabila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah guru tidak akan dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya. Para siswa akan enggan menghadapi guru yang tidak menarik. Sedangkan masyarakat telah menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukkan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila (Usman, 1998: 7).
Jadi tugas guru yang dimaksud adalah tugas yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas, dan dalam bentuk pengabdian. Sehingga keberadaan guru merupakan faktor yang tidak mungkin digantikan oleh komponen mana pun dalam kehidupan bangsa sejak dahulu, karena keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa di tengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang semakin canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamik untuk dapat mengadaptasikan diri.
Peters dikutip Sudjana (2002:15), menyebutkan tugas dan tanggungjawab guru, yaitu: a) guru sebagai pengajar, b) guru sebagai pembimbing, dan c) guru sebagai administrator.
Ketiga tugas guru di atas merupakan tugas pokok profesi guru. Dimana guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Sedangkan guru sebagai administrator kelas pada hakikatnya merupakan jalinan antara pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya.
Tanggungjawab guru menurut Hamalik (2004: 127), yaitu sebagai berikut:
  1. Guru harus menuntut murid-murid belajar. Tanggungjawab guru yang terpenting adalah merencanakan dan menuntut murid-murid melakukan kegiatan-kegiatan belajar guru mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan.
  2. Turut serta membina kurikulum sekolah. Sesungguhnya guru merupakan seorang key person yang paling mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan murid.
  3. Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak dan jasmaniah). Memompakan pengetahuan kepada murid kiranya bukan pekerjaan yang sulit. Tetapi membina siswa agar menjadi manusia berwatak (berkarakter) sudah pasti bukan pekerjaan yang mudah. Mengembangkan watak dan kepribadiannya, sehingga mereka memiliki kebiasaan, sikap, cita-cita, berpikir dan berbuat, berani dan bertanggungjawab, ramah dan mau bekerja sama, bertindak atas dasar nilai-nilai moral yang tinggi, semuanya menjadi tanggungjawab guru.
  4. Memberikan bimbingan kepada murid. Bimbingan kepada murid agar mereka mampu mengenal dirinya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mampu menghadapi kenyataan dan memiliki stamina emosional yang baik, sangat diperlukan.
  5. Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar.
  6. Menyelenggarakan penelitian. Sebagai seorang yang bergerak dalam bidang keilmuan (scientist) bidang pendidikan maka ia harus senantiasa memperbaiki cara bekerjanya.
  7. Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif. Guru tidak mungkin melaksanakan pekerjaannya secara efektif, jikalau guru tidak mengenal masyarakat seutuhnya dan secara lengkap.
  8. Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan Pancasila. Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa yang mendasari sendi-sendi hidup dan kehidupan nasional, baik individu maupun masyarakat kecil sampai dengan kelompok sosial yang terbesar termasuk sekolah.
  9. Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia. Guru bertanggungjawab untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik. Pengertian yang baik adalah antara lain memiliki rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa.
  10. Turut menyukseskan pembangunan. Pembangunan adalah cara yang paling tepat guna membawa masyarakat ke arah kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Pembangunan itu meliputi pembangunan dalam bidang mental spiritual dan bidang materiil.
Tanggungjawab meningkatkan peranan profesional guru. Bertitik tolak dari tanggungjawab guru yang telah dikemukakan di atas maka dengan demikian guru sangat perlu meningkatkan peranan dan kemampuan profesionalnya. Tanpa adanya kecakapan yang maksimal yang dimiliki oleh guru maka kiranya sulit bagi guru tersebut mengemban dan melaksanakan tanggungjawabnya dengan cara yang sebaik-baiknya.
Wijaya dkk. (1994:9), menyebutkan beberapa tanggungjawab yang memerlukan sejumlah kemampuan yang lebih khusus dari seorang guru, yaitu:
  1. Tanggungjawab moral adalah setiap guru harus memiliki kemampuan menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Tanggungjawab dalam bidang pendidikan di sekolah adalah setiap guru harus menguasai cara belajar-mengajar yang efektif, mampu membuat satuan pelajaran, mampu dan memahami kurikulum dengan baik, mampu mengajar dikelas, mampu menjadi model bagi siswa, mampu memberikan nasihat, menguasai teknik-teknik pemberian bimbingan dan layanan, mampu membuat  dan melaksanakan evaluasi dan lain-lain.
  3. Tanggungjawab guru dalam bidang kemasyarakatan adalah turut serta menyukseskan pembangunan dalam bidang kemasyarakatan, untuk itu guru harus mampu membimbing, mengabdi kepada dan melayani masyarakat.
  4. Tanggungjawab guru dalam bidang keilmuan, yaitu guru selaku keilmuan bertanggungjawab dan turut serta memajukan ilmu, terutama ilmu yang telah menjadi spesialisasinya dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan.
Menurut Imam Al-Ghazali (t.t.:55-58) bahwa kode etik dan tugas-tugas guru adalah sebagai berikut : (1) kasih sayang kepada peserta didik dan memperlakukannya sebagai anaknya sendiri, (2) meneladani Rasulullah sehingga jangan menuntut upah, imbalan maupun penghargaan, (3) hendaknya tidak memberi predikat atau martabat kepada peserta didik sebelum ia pantas dan kompenten untuk menyandangnya dan jangan memberi ilmu yang samar sebelum tuntas ilmu yang jelas, (4) hendaknya mencegah peserta didik dari akhlak yang jelek (sedapat mungkin)  dengan cara sindiran dan tidak tunjuk hidung, (5) guru yang memegang bidang studi tertentu sebaiknya tidak menjelek-jelekkan atau meremehkan bidang studi yang lain, (6) menyajikan pelajaran kepada peserta didik sesuai dengan taraf kemampuan mereka, (7) dalam menghadapi peserta didik yang kurang mampu, sebaiknya diberi ilmu-ilmu yang global dan tidak perlu menyejikan detailnya, (8) guru hendaknya mengamalkan ilmunya, dan jangan sampai ucapannya bertentangan dengan perbuatannya.
Menurut Abdurrahman Al-Nahlawi (1979:154-159) bahwa sifat-sifat guru muslim adalah sebagai berikut : (1) hendaknya tujuan, tingkah laku dan pola pikir guru bersifat Rabbani (Q.S. Ali Imron, 79), (2) ikhlas, yakni bermaksud mendapatkan keridhaan Allah, mencapai dan menegakkan kebenaran, (3) jujur dalam menyampaikan apa yang diserukannya, dalam arti menerapkan anjurannya pertama-tama pada dirinya sendiri karena kalau ilmu dan amal sejalan maka peserta didik akan mudah meneladaninya dalam setiap perkataan dan perbuatannya, (4) sabar dalam mengajarkan berbagai ilmu kepada peserta didik, (5) senantiasa membekali diri dengan ilmu dan bersedia mengkaji dan mengembangkannya, (6) mampu menggunakan berbagai metode mengajar secara bervariasi, menguasanya dengan baik, mampu menentukan dan memilih metode mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran dan situasi belajar mengajar, (7) mampu mengelola peserta didik, tegas dalam bertindak dan meletakan segala masalah secara profesional, (8) mempelajari kehidupan psikis peserta didik, (9)  tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang mempengaruhi jiwa, keyakinan dan pola pikir peserta didik, dan (10) bersikap adil diantara para peserta didik.
Medley, sebagaimana dikutip oleh Noeng Muhadjir (1987:107-109) telah melacak sejarah penelitian tentang efektivitas keberhasilan guru dalam menjalankan tugas kependidikannya, yang dibagi menjadi empat fase. Pada fase pertama, seorang mengasumsikan efektivitas guru/pendidik berdasarkan kepribadiannya. Persepsi orang pada fase tentang guru yang baik, dapat dijadikan suri tauladan dalam kehidupan di sekolah dan dalam kehidupan bermasyarakat. Fase kedua, orang mengasumsikan bahwa efektivitas guru terletak pada metode mengajarnya yang baik sehingga usaha penelitian terarah pada usaha eksperimentasi metode. Fase ketiga, efektivitas guru dilihat pada yang dikerjakan guru dalam belajarnya siswa, yang fokusnya diarahkan kepada pola tingkah laku yang stabil, pada teaching styles, dan pada dimension of classroom climate. Fase keempat, mengasumsikan bahwa efektivitas guru tergantung pada kompetensinya. 
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa ada beberapa kemampuan dan perilaku yang perlu dimiliki oleh guru, yang sekaligus merupakan profil guru yang diharapkan agar dalam menjalankan tugas-tugas kependidikannya agar dapat berhasil secara optimal. Profil tersebut pada intinya terkait dengan aspek personal dan profesional dari guru. Aspek personal menyangkut pribadi guru itu sendiri, yang menurut pendapat para pakar tersebut di atas selalu ditempatkan pada posisi yang utama. Aspek personal ini diharapkan dapat memancar dalam dimensi sosialnya, dalam hubungan guru dengan peserta didiknya, teman sejawat dan lingkungan masyarakatnya, karena tugas mengajar dan mendidik adalah tugas kemanusiaan. Dan aspek profesional menyangkut peran profesi dari guru, dalam arti dia memiliki kualifikasi profesional sebagai seorang guru.
Perbedaan pokok antara profesi guru dengan profesi lainnya terletak dalam tugas dan tanggungjawabnya. Tugas dan tanggungjawab  tersebut erat kaitannya dengan kompetensi atau kemampuan yang disaratkan untuk memangku profesi tersebut. Kemampuan dasar yang dimaksud adalah kompetensi guru.
Guru memiliki tugas dan tanggungjawab yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas guru dalam proses belajar-mengajar meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan, dan bidang kemasyarakatan. Sedangkan tanggung jawab guru adalah menuntut siswa untuk giat belajar, melakukan pembinaan dan bimbingan dan lain-lain.
Untuk itu guru harus memiliki kecakapan dalam membimbing peserta didik. Di dalam mengajar akan lebih berhasil kalau disertai dengan kegiatan bimbingan yang banyak berpusat pada kemampuan intelektual, guru perlu memiliki pengetahuan yang memungkinkan dapat menetapkan  tingkat perkembangan setiap anak didiknya, baik perkembangan emosi, minat dan kecakapan khusus maupun dalam prestasi fisik dan sosial.
Dengan demikian tugas dan tanggungjawab guru tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Dia tidak terikat oleh keterbatasan jam dan kelas untuk mendidik. Karena proses belajar tidak hanya dilakukan di sekolah namun dibutuhkan di lingkungan untuk membentuk karakter dan kepribadian siswa, atau sekurang-kurangnya dapat membentuk landasan yang berarti untuk bekal siswa selanjutnya.
MOTIVASI | MOTIVASI BELAJAR | FUNGSI MOTIVASI.

Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Jika siswa mendapat motivasi yang tepat maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hal-hal yang semula tidak terduga. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, baik yang menyangkut kejiwaan, perasaan dan emosi untuk kemudian bertindak melakukan sesuatu untuk melakukan tujuan. Dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan belajar sunguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi.
MOTIVASI | MOTIVASI BELAJAR | FUNGSI MOTIVASI

Menurut Atkinson, motivasi adalah ‘pendorong’, suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Duncan (1981) juga mengatan bahwa motivasi adalah setiap usaha yang disadari untuk menggerakan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Teori-teori yang menjelaskan tentang motivasi antara lain adalah teori hedonisme, teori naluri, teori reaksi yang dipelajari, dan teori daya pendorong. Berikut ini adalah uraian umum dari masing masing teori tersebut.
a) Teori hedonisme berpandangan bahwa setiap menghadapi persoalan manusia cenderung memilih alternative pemecahan yang mendatangkan kesenangan diri pada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, penderitaan, dan sebagainya.
b) Teori naluri mengajarkan bahwa untuk memotivasi seseorang harus berdasar naluri yang akan dituju dan perlu dikembangkan.
c) Teori yang dipelajari mengatakan apabila seorang pendidik akan memotivasi anak didiknya maka ia harus mengetahui betul latar belakang, dan kebudayaan mereka.
d) Teori daya pendorong menjelaskan bahwa jika seorang pendidik akan memberikan motivasi harus mendasarkannya pada daya pendorong. Yaitu naluri dan reaksi yang dipelajarinya dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya.

A. Pengertian Umum Motivasi
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald (Sondang, 2002 : 35) , “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.”
Menurut Maslow (Jalaludin, 2007 : 56) motivasi ada dua, yaitu:
a) Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. 
b) Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.”
Teori-teori yang menjelaskan tentang motivasi antara lain adalah teori hedonisme, teori naluri, teori reaksi yang dipelajari, dan teori daya pendorong. Berikut ini adalah uraian umum dari masing masing teori tersebut.
a) Teori hedonisme berpandangan bahwa setiap menghadapi persoalan manusia cenderung memilih alternative pemecahan yang mendatangkan kesenangan diri pada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, penderitaan, dan sebagainya.
b) Teori naluri mengajarkan bahwa untuk memotivasi seseorang harus berdasar naluri yang akan dituju dan perlu dikembangkan.
c) Teori yang dipelajari mengatakan apabila seorang pendidik akan memotivasi anak didiknya maka ia harus mengetahui betul latar belakang, dan kebudayaan mereka.
d) Teori daya pendorong menjelaskan bahwa jika seorang pendidik akan memberikan motivasi harus mendasarkannya pada daya pendorong. Yaitu naluri dan reaksi yang dipelajarinya dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya.


B. Motivasi Belajar 
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. 
Menurut Colquitt, LePine dan Noe (2000 : 10), motivasi untuk belajar didefinisikan sebagai arah, kemahuan dan tingkah laku yang mengarah kepada pembelajaran berterusan dan juga telah didapati positif kepada prestasi pembelajaran.
Motivasi belajar adalah keinginan siswa untuk mengambil bagian di dalam proses pembelajaran (Linda S. Lumsden, 1994 : 18).
Menurut Hermine Marshall Istilah motivasi belajar mempunyai arti yang sedikit berbeda. Ia menggambarkan bahwa motivasi belajar adalah kebermaknaan, nilai, dan keuntungan-keuntungan kegiatan belajar belajar tersebut cukup menarik bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Pendapat lain motivasi belajar itu ditandai oleh jangka panjang, kualitas keterlibatan di dalam pelajaran dan kesanggupan untuk melakukan proses belajar ( Carole Ames, 1990 : 23)
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar. Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus dalam rangka mencapai tujuan.

C. Fungsi Motivasi dalam belajar
Motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Guru merupakan factor yang penting untuk mengusahakan terlaksananya fungsi-fungsi tersebut dengan cara memenuhi kebutuhan siswa.Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman, kebutuhan untuk diterima dan dicintai, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan untuk merealisasikan diri. Adapun fungsi dari motivasi dalam pembelajaran diantaranya :
1) Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
d. Strategi menumbuhkan motivasi dalam belajar
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1) Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2) Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3) Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4) Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5) Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6) Memberikan perhatian maksimal
Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7) Membantu kesulitan belajar
Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok.
8) Menggunakan metode yang bervariasi, dan
9) Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.