SELAMAT DATANG DI SMP NEGERI 2 BALIGE

SELAMAT DATANG DI SMP NEGERI 2 BALIGE "ANDA BERHARAP PERUBAHAN MAKA BEKERJALAH TIDAK SAMA DENGAN KEMARIN"

Selasa, 30 April 2013

DILEMA PENDIDIKAN KITA

Siapa yang tahu dengan yang  namanya pendidikan. Konon katanya inilah jalan yang mesti ditempuh guna mencapai kesejahteraan, kesejahteraan pribadi, keluarga, hingga kunci menuju bangsa yang sejahtera.
Sampai sejauh ini, sudah beragam upaya yang dilakukan pemerintah guna memperbaiaki taraf hidup bangsa agar lebih digdaya” dan berdaya saing. Ada sekolah-sekolah yang berstatus atau bertaraf internasional (dengar-dengar sekolah dengan taraf ini bertarif tinggi dan hanya di isi oleh kalangan tertentu saja), ada BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang mampu membuat pembayaran iuran sekolah menjadi gratis. Benarkah? lalu ada pula yang namanya pencanangan sekolah 9 tahun, naik satu tingkat yang awalnya 6 tahun. Segala upaya sudah dikerahkan, program-program sudah sejak dulu digulirkan, tapi apa sudah mecapai ke-efektifitasan?.
Semangat pemerintah dalam meningkatan keinginan masyarakat agar melek pendidikan sesungguhnya “gayung bersambut”, terlihat dari banyaknya lulusan dari segala tingkatan, yang pada akhirnya menciptakan pengangguran berdasi.
Jadi, apa keefektifitasan program tadi perlu kita kaji kembali? Atau ada sesuatu yang salah yang perlu kita telusuri bersama?
Cobalah kita tanyakan pada anak-anak, adik, kakak kita yang masih menempuh pendidikan. Apa yang hendak mereka capai dari upaya mereka itu, ilmu atau uang (dunia kerja). Pasti sebagian besar akan menjawab kita mencari ilmu untuk bekerja. Miris bukan, tapi itulah realita kehidupan. Kita akan dihadapan pada sebuah pilihan untuk survive, sehingga semangat, ruh ilmu yang kita bawa semenjak berseragam putih merah menjadi padam.
Tak sebandingnya satu tujuan pekerjaan dan lulusan memperparah keadaan. Coba bayangan, (yang selalu heboh dan ditunggu-tunggu, penerimaan pegawai negeri sipil) untuk satu formasi pegawai negeri sipil dengan kuota yang minim, tapi diperebutkan ribuan orang.
Celakanya lagi, praktik-prkatik kolusi merajai dunia ini, sehingga orang-orang yang terbuang kerap kali merupakan agen-agen yang lebih pantas mengisi pos-pos tersebut, dan bukan tidak mungkin, dari merekalah, tercipta sebuah tatanan pemerintahan yang lebih baik.
Salah satu penyebab lainnya adalah tingginya angka kelahiran, dan penduduk negeri ini. Sudah sangat jelas penduduk yang sedemikian besar 200 juta jiwa, yang sebagian besar adalah usia produktif menyumbang angka terbesar pengangguran berdasi.
Masuknya arus globalisasi yang sedemikain cepat, tak mampu difiltrasi dengan baik hingga meracuni tatanan kehidupan jiwa-jiwa muda ini, semangat produktif (berwirausaha) yang di tanamkan, dan cinta hasil budaya bangsa yang dipegang oleh nenek moyang dengan deras luntur dan berganti dengan upaya-upaya instan.


Ditengah carut-marutnya pendidikan diindonesia, dan arah pembangunan pendidikan, jauh diujung negeri (provinsi mutiara hitam) dengan segala keterbatasan pendidikan banyak bermunculan cendikia-cendikia muda, di lain sisi, tanpa mengenyam pendidikan sedkit pun, diterpa badai kehidupan yang keras, banyak terlahir jutawan muda yang dermawan.
Jadi, masih perlukah pendidikan itu?